Kamis, 08 September 2011
5 Kereta Api Supercepat di dunia
Train a Grande Vitesse atau yang lebih sering di sebut TGV merupakan Kereta api supercepat kebanggaan Prancis yang di risis pada tahun 1974.Rute pertama yang dilayani adalah Paris-Lyon pada 27 september 1981.TGV bukanlah KA supercepat pertama di dunia.KA supercepat pertama di dunia adalah Shinkansen yang di resmikan pada 1 oktober 1964.setelah beberapa tahun beroperasi, TGV segera akan di gantikan oleh generasi penerusnya,yaitu AGV.secara mendasar TGV dan AGV hampir memiliki keasamaan.tetapi secera kecepatan AGV memiliki kecepatan 360 km/h sedangkan TGV hanya 320 km/h. Di antara jenis dan tipe TGV, yang paling berkecepatan tinggi adalah TGV Réseau dan TGV Duplex, yaitu berkecapatan sekitar 320 km / jam (199 mph). Pada tahun 2007, SNCF yang merupakan Operator TGV dan Alstom yang merupakan Pembangun TGV, telah melakukan serangkaian percobaan. Rekor kecepatan resmi berlangsung pada 3 April 2007, ketika TGV mencapai kecepatan puncak 574,8 km / jam (159,6 m/s, 357,2 mph).
2.Shinkansen,Jepang
Shinkansen merupakan KA supercepat yang di operasikan oleh JR group(Japan Railways). Jepang dengan teknologinya telah mampu mewujudkan sistem perkereta apian berkecepatan tinggi yang meliputi seluruh negeri. Shinkansen, yang juga disebut kereta peluru, merupakan salah satu kereta api super cepat, super aman (karena, 40 tahun beroperasi tanpa satu kecelakaan yang berarti) dan super nyaman. Shinkansaen memiliki kecepatan 300 km/jam (186 mph), top speed 581 km/jam (361 mph).Pada 2003, JR Sentral melaporkan jadwal waktu rata-rata Shinkansen tepat dalam 0,1 menit atau 6 detik dari waktu yang telah dijadwalkan. Ini termasuk seluruh kesalahan alami dan manusia dan dihitung dari seluruh 160.000 perjalanan yang dijalani oleh Shinkansen. Rekor sebelumnya dari 1997 dan tercatat 0,3 menit atau 18 detik.
3.CRH. China
China Railway High-Speed, yang merupakan sistem kereta api Cina, telah mengoperasikan sejumlah kereta peluru model-model seperti CRH1, CRH2, CRH3, CRH4 dan CHR5. Jenis tercepat adalah CRH3, didasarkan pada teknologi Velaro Sony Ericsson, dirancang untuk berjalan pada kecepatan 350 km/jam (meskipun pada 2008, sebuah CRH3 mencapai kecepatan tertinggi 394,3 km/jam (245 mph) selama pengujian dilakukan antara Beijing dan Tianjin).
Model yang tercepat lainnya adalah CRH2, yang diproduksi oleh Jepang Kawasaki Heavy Industries. Pada bulan Oktober 2009 Kementerian Perkeretaapian mengumumkan bahwa mereka berencana untuk menginvestasikan 1,2 triliun yuan ($ 175.44 miliar) untuk mengembangkan dan memperluas sistem kereta api di Cina. Tujuannya adalah untuk memiliki 13.000 km line penumpang pada tahun 2012. Sebuah kontrak baru kereta api berkecepatan tinggi juga telah ditandatangani antara Departemen Teknologi Perkereta Apian China melalui perjanjian lisensi dengan Kawasaki Heavy Industries.
4.Shanghai Maglev Train. China.
Kereta monorel berkecepatan tinggi yang disebut Transrapid adalah kereta buatan Jerman yang menggunakan teknologi magnetic levitation. Kereta ini telah di operasikan di Shanghai, Cina. Kereta berjalan jarak 30 km dari bandara dalam waktu 7 menit 20 detik, dengan kecepatan rata-rata 250 km / jam (160 mph) dan kecepatan puncaknya 431 km / jam (268 mph).
Saat ini Kereta monorel Transrapid belum diimplementasikan untuk jarak jauh antar kota.
5.AVE. Spanyol
AVE, yang berarti Spanish High Speed (Alta Velocidad Española), adalah kereta apai berkecepatan hingga 300 km/jam (186 mph). Kereta ini dioperasikan oleh RENFE, sebuah perusahaan perkerata apian Spanyol, namun ada juga operator swasta seperti Alvia, yang berjalan pada kecepatan maksimum 250 km/jam (155 mph).
The Legend Of Indonesian Mallet Locomotives
berikut ini akan saya berikan gambaran tentang loko-loko berikut:
Lokomotif CC50
Lokomotif uap CC50 merupakan lokomotif tipe Mallet generasi ke enam yang beroperasi di Indonesia. Lokomotif ini dibeli oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) sejumlah 30 buah dari dua pabrik yang berbeda. 14 lokomotif CC50 dibeli dari pabrik Werkspoor (Belanda) dan 16 lokomotif CC50 dibeli dari pabrik SLM/Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik Winterthur (Swiss). Lokomotif CC50 didatangkan pada tahun 1927 – 1928.
Walaupun lokomotif seri DD sudah dapat memenuhi kebutuhan angkutan barang di jalur kereta api yang melalui pegunungan di Jawa Barat namun lokomotif ini tidak dapat beroperasi pada jalur pegunungan yang lain. SS masih membutuhkan lokomotif dengan daya yang lebih kuat dari lokomotif yang sudah ada dan tekanan gandar di bawah 11 ton sehingga dapat melalui semua jalur pegunungan di Jawa. Tugas ini dipercayakan kepada lokomotif CC50. Lokomotif CC50 mampu berbelok dengan mulus pada tikungan yang tajam pada jalur pegunungan. Lokomotif CC50 memiliki daya 1190 HP (horse power), berat 73.6 ton, panjang 19902 mm dan mampu melaju hingga kecepatan 55 km/jam. Di awal kariernya, lokomotif CC50 digunakan untuk menarik rangkaian kereta api di jalur Purwakarta – Bandung – Banjar dan Purwokerto – Prupuk. Lokomotif CC50 digunakan untuk menarik kereta Eendaagsche Expres (expres siang) dan kereta Nacht Expres (expres malam) pada rute Purwokerto - Prupuk. Kedua kereta expres ini menjelajahi rute Surabaya-Yogyakarta-Purwokerto-Jakarta dalam waktu 11 jam 27 menit.
Lokomotif CC50 memiliki susunan roda 2-6-6-0. Lokomotif ini memiliki silinder uap tekanan tinggi dan silinder tekanan rendah yang terpisah. 3 roda penggerak digerakkan oleh silinder uap yang bertekanan tinggi. 3 roda penggerak ini fix pada frame lokomotif dan berada di bagian belakang. Selanjutnya uap dari silinder tekanan tinggi ini disalurkan ke silinder tekanan rendah yang juga menggerakkan 3 roda penggerak pada bogie yang berada di bagian depan. Bogie ini dapat bergerak ke kanan/kiri terhadap frame lokomotif dan mengikuti jalur rel. Uap yang telah digunakan oleh silinder tekanan rendah selanjutnya dibuang melalui cerbong asap.
Dari 30 lokomotif CC50, saat ini tersisa 3 buah yaitu lokomotif CC50 01, CC50 22 dan CC50 29. Lokomotif CC50 01 dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta). Lokomotif CC50 22 dipajang di Museum Utrecht (Belanda). Lokomotif CC50 29 dipajang di Museum Ambarawa (Jawa Tengah).
Lokomotif DD 52
Walaupun lokomotif uap CC10 sudah dapat memenuhi kebutuhan angkutan barang di jalur kereta api yang melalui pegunungan di Jawa Barat namun perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) masih membutuhkan lokomotif dengan daya yang lebih kuat dari lokomotif yang sudah ada dan mampu berbelok dengan mulus pada tikungan yang tajam pada jalur pegunungan di Jawa Barat. Tugas ini dipercayakan kepada lokomotif DD50, DD51 dan DD52. Lokomotif uap DD50, DD51 dan DD52 merupakan lokomotif tipe Mallet generasi ketiga, keempat dan kelima yang beroperasi di Indonesia. Ketiga seri lokomotif uap tersebut memiliki susunan roda 2-8-8-0. Lokomotif DD50 memiliki berat 133 ton, panjang 20737 mm dan mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Lokomotif DD51 memiliki daya berat 137 ton, panjang 20737 mm dan mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Lokomotif DD52 memiliki daya 1850 HP (horse power), berat 136 ton, panjang 20792 mm dan mampu melaju hingga kecepatan 50 km/jam. Dengan spesifikasi teknis yang seperti itu maka lokomotif DD50, DD51 dan DD52 merupakan lokomotif uap terbesar yang pernah beroperasi di Indonesia.
Pada tahun 1916, SS memesan 8 unit lokomotif DD50 pabrik ALCO (American Locomotive Co, Amerika Serikat). Kemudian pada tahun 1919, SS kembali memesan 12 unit lokomotif DD51 ke pabrik ALCO dengan konstruksi yang sama dengan lokomotif DD50 namun dengan design teknis yang lebih baik. Lokomotif DD50 dan DD51 mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Pada tahun 1923, SS kembali memesan 10 unit lokomotif DD52 dengan konstruksi yang sama dengan lokomotif DD50/DD51 namun dengan kecepatan maksimum yang lebih tinggi yaitu 50 km/jam. Namun pemesanan lokomotif DD52 ini dilayangkan kepada 3 (tiga) pabrik lokomotif di Eropa (Hanomag/Jerman, Hartmann/Jerman and Werkspoor/Belanda).
Operasional Lokomotif seri DD ini hanya bertahan sampai dengan tahun 1974 dan tak ada satupun yang tersisa, seiring dengan penggantian penggunaan lokomotif uap dengan lokomotif diesel.
Loko Uap Tercepat Di Indonesia(DULU....hehehe)
Lokomotif C28
Lokomotif uap C28 dibeli oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) sebanyak 58 buah dari 3 pabrik yang berbeda. 30 lokomotif C28 dari pabrik Henschel (Jerman), 15 buah lokomotif C28 dari pabrik Hartmann (Jerman) dan 13 buah lokomotif C28 dari pabrik Esslingen (Jerman). Lokomotif C28 didatangkan pada tahun 1921 - 1922. Dengan jumlah sebanyak 58 buah, maka lokomotif ini merupakan populasi dominan pada jamannya dan operasionalnya hampir ada di seluruh jalur kereta api di pulau Jawa, meliputi: Jatinegara, Cirebon, Purwakarta, Purwokerto, Cilacap, Cepu, Yogyakarta, Solo, Kertosono, Sidotopo, Malang dan Blitar. Lokomotif C28 digunakan untuk menarik kereta express karena memiliki daya 1050 HP (horse power) dan dapat melaju hingga kecepatan maksimum 90 km/jam.
Pada tahun 1934, Lokomotif C28 digunakan untuk menarik kereta express Vlugge Vier. Vlugge Vier diresmikan 1 November 1934 dan menempuh rute Bandung - Jakarta dalam waktu 3 jam, atau hampir sama dengan waktu tempuh kereta Argo Parahyangan saat ini. Pada tahun 1934, Lokomotif C28 digunakan untuk menarik kereta express Vlugge Vijf. Vlugge Vijf menempuh rute Surabaya - Malang dalam waktu 2 jam 30 menit, atau hampir sama dengan waktu tempuh kereta Panataran saat ini.
Salah satu lokomotif C28 yang sangat berjasa dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia adalah C28 49. Berawal dari teror tembakan dari tentara NICA (Nederland Indische Civil Administration) yang semakin mengancam keselamatan Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno, dan Wakil Presiden, M Hatta, maka presiden memutuskan untuk memindah pusat pemerintahan dari kota Jakarta ke kota Yogyakarta dengan kereta api. Dipilihlah lokomotif C28 49 dengan masinis Hoesein yang dibantu oleh stoker (juru api) Moertado dan Soead. Formasi kereta khusus ini terdiri dari lokomotif C28 49 dan 8 kereta penumpang. Tanggal 3 Januari 1946 pukul 18:00, kereta khusus ini bergerak mundur dari stasiun Manggarai ke arah stasiun Gambir dan berhenti di belakang rumah Ir Soekarno yang ada di Jalan Pegangsaan Timur 56. Setelah seluruh rombongan berada di dalam kereta, kereta khusus ini mulai bergerak maju menuju ke stasiun Manggarai. Kereta khusus ini berhasil melewati barikade tentara NICA yang menjaga ketat stasiun Manggarai dan stasiun Jatinegara, sebuah misi yang penuh dengan resiko. Kerahasiaan perjalanan kereta khusus ini berhasil dilaksanakan dengan baik. Kereta khusus ini tiba di stasiun Yogyakarta pada 4 Januari 1946 pukul 09:30, disambut oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Tidak berapa lama kemudian Ir Soekarno berpidato melalui radio, mengumumkan pada seluruh dunia bahwa sejak saat itu pusat pemerintahan Republik Indonesia telah berpindah ke kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta menjadi ibukota Indonesia selama empat tahun.
Lokomotif C28 menjadi lokomotif andalan Staats Spoorwegen dan DKA (Djawatan Kereta Api) karena perawatan mesinnya yang relatif lebih mudah. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar minyak residu atau batubara dan menggunakan sistem superheater, yakni sistem pembakaran dengan mengalirkan uap bertekanan tinggi dari kubah menuju ke silinder. Lokomotif ini memiliki susunan roda 4-6-4T dan dilengkapi dengan smoke deflector yang berguna untuk menciptakan arus udara yang mengangkat asap yang keluar dari cerobong, agar asap tidak menempel pada lokomotif dan mengganggu pandangan masinis.
Dari 58 lokomotif C28, saat ini hanya tersisa 1 buah yaitu C28 21 (buatan pabrik Henschel). Lokomotif C28 21 dipajang di Museum Ambarawa (Jawa Tengah).
Lokomotf C53
Lokomotif C53 memiliki panjang 20792 mm, daya 1200 HP (horse power) dan berat 109,19 ton. Lokomotif C53 dapat melaju hingga 90 km/jam. Lokomotif ini memiliki susunan roda 4-6-2 dengan empat silinder diharapkan dapat memberikan kestabilan ketika dipacu dengan kecepatan tinggi. 10 tahun setelah lokomotif ini datang, kemudian dipasang smoke deflector. Smoke deflector ini berfungsi untuk menciptakan arus udara yang mengangkat asap yang keluar dari cerobong lokomotif, agar tidak menempel pada lokomotif dan mengganggu pandangan masinis.
Dalam prakteknya, secara teknis kinerja lokomotif C53 kurang memuaskan. Pada kecepatan 90 km/jam, lokomotif ini sudah bergetar tidak terkendali, dan pada tahun 1931 dilakukan percobaan dengan kecepatan 100 km/jam, lokomotif ini bergoncang keras. Namun demikian lokomotif ini tetap dipertahankan untuk menarik kereta expres dengan menanggung biaya perawatan yang tidak sedikit. Pada periode tahun 1970, C53 yang tersisa hanya ditugaskan untuk melayani kereta penumpang lokal atau kereta campuran barang dan penumpang di Jawa Timur, seperti dari Surabaya ke Bangil, Madiun atau Solo.
Dari 20 lokomotif C53, hanya tersisa 1 buah yaitu C53 17. Saat ini lokomotif uap C53 17 dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Naah.....kalo begini,cepet mana sama loko diesel??????????